Selasa, 21 Desember 2010

Belajar Berbasis Aneka Sumber


BELAJAR BERBASIS ANEKA SUMBER


Seiring dengan kemajuan Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), manusia dapat dengan mudah memperoleh ilmu pengetahuan dari berbagai sumber yang beraneka ragam serta dari segala penjuru dunia. Pengembangan kompetensi kognitif tingkat tinggi dab interpersonal skills yang diperlukan menghadapi tuntutan masa depan, bukan saja berkenaan dengan apa yang menjadi perolehan lulusan, tetapi terutama berkenaan dengan bagaimana perolohan itu didapat.
Belajar Berbasis Aneka Sumber (BEBAS) telah menjadi paradigm belajar saat ini. Untuk mengambangkan sumber daya manusia tidak ada cara yang paling tepat selain belajar, dan belajar. Menurut teoribehaviourisme belajar adalah perubahan tingkah laku. Belajar adalah pembuka dari tidak tahu menjadi tahu, dari tiddak paham menjadi paham, dengan katalain terjadi perubahan dalam mental seseorang.

A.    PENGERTIAN BELAJAR BERBASIS ANEKA SUMBER
Belajar berbasis aneka sumber sangat terkait dengan beberapa pengertian dan system pembelajaran. Diantaranya open learning, distance learning, flexible learning, learning resources, resources based,seperti yang dikemukakan oleh Dorell (1993, p.xxi-xxii).
1.      “open learning” (pendidikan terbuka) adalah prinsip belajar terbuka bagi semua orang. Dengan kata lain tidak ada prakualifikasi seperti batas usia, status social-ekonomi, atau harus lulus pada level tertentu.
2.      “distance learning”
·         Menurut AT dan T, pendidikan jarak jauh adalah system atau proses yang langsung menghubungkan learners dengan sumber sumber yang jauh.
·         Menurut the California distance learning project (CDLP)pendidikan jarak jauh adalah system penyampaian pembeljaran yang menghubungkan learner dengan sumber pendidikan.
·         Menurut the united states learning association (USDLA),pendidikan jarak jauh adalah pengaantaran pendidikan atau pelatihan melalui pembelajaran dengan media elektronik. Pendidikan jarak jauh mengacu pada situasi belajar mengajar yang mana instruktur dan learners berada dalam jarak terpisah secara geografis.
3.      flexible learning” (belajar fleksibel) adalah jenis belajar yang dapat menggunakan berbagai sumber belajar dalam semua bentuk.
4.      learning resources” (sumber belajar) adalah material pembelajaran.
5.      resources based” adalah belajar berbasis aneka sumber (BEBAS) secara luas meliputii jenis system pendidikan, seperti pendidikan terbuka, pendidikan jarak jauh, belajar fleksibel yang menggunakan aneka sumber.
Sehubungan dengan itu Wildmart dan Burton dalam Schwier (1994) menegaskan bahwa:
the process of planning the instructional enterprise can begin only after planner meets the dual requirements of understanding both the systematic nature of the design process as well as particular theoretical orientations that explain how learners do learn, might learn, can be motivated to learn, etc”
"Proses perencanaan perusahaan pembelajaran dapat dimulai hanya setelah perencana memenuhi persyaratan ganda dari pemahaman kedua sifat sistematis dari proses desain serta orientasi teoritis tertentu yang menjelaskan bagaimana peserta didik melakukan belajar, bisa belajar, dapat termotivasi untuk belajar, dll "
Sesuai uraian di  atas, pada prinsipnya ada tiga hal pokok proses perencanaan kegiatan pembelajaran, yaitu:
1)      Bagaiman pebelajar melakukan kegiatan belajar.
2)      Kemungkinan atau kesempatan belajar.
3)      Kemauan atau motivasi belajar.
Pertama, belajar berbasis aneka sumber memungkinkan setiap pebelajar melakukan kegiatan belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya. Kedua, kesempatan belajar, karena hal ini sifatnya individual maka seorang pebelajar dapat mengatur kapan waktu yang cocok buat mereka. Ketiga, kemauan atau motivasi untuk belajar, para ahli membedakan motivasi ada dua hal, yaitu dorongan dari dalam (intrinsic), dan dorongan dari luar (ekstrinsik).
B.    MANFAAT BELAJAR BERBASIS ANEKA SUMBER BAGI PEBELAJAR.
Beberapa manfaat yang dapat diambil dar belajar berbasis aneka sumber adalah sebagai berikut:
Ø  Yang terpenting adalah menemukan bakat yang terpendam yang selama ini tidak Nampak.
Ø  menggunakan sumber sumber yang memungkinkan pembelajaran berlangsung sepanjang tahun, dan dapat menyeimbangkan antara keterampilan dan pengetahuan.
Ø  Seseorang dapat belajar sesuai kondisinya, pada waktu belajar dan waktu kerja tanpa cemas dalam persaingan.

Selanjutnya, Seels dan Richey (1994) membagi kawasan teknologi pendidikan, yang terdiri atas, teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi berbasisi computer, dan teknologi terpadu.
  1. Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan. Seperti buku-buku dan bahan bahan visual yang statis. Terutama melalui proses pencetakan mekanis.
  2. Teknologi audiovisual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan audiovisual.
  3. Teknologi berbasis computer merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada micro processor. Pada dasarnya, teknologi berbasis computer dapat dibedakan menjadi beberapa jenis aplikasi computer biasanya disebut computer based instruction (CBI), computer assisted instruction (CAI), atau computer managed instruction (CMI). Aplikasi-aplikasi ini hampir seluruhnya dikembangkan berdasarkan teori perilaku dan pembelajaran terprogram. Akan tetapi, sekarang lebih banyak berlandaskan pada teori kognitif. (Jonassen, 1996)
  4. Teknologi terpadu, merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan computer.
Menurut Schwier dan Missanchuk (1993), karakteristik pembelajaran multimedia interaktif adalah :
·         Bersifat pembelajaran,
·         Melibatkan berbagai sumber,
·         Segmented, artinya dibagi dalam berbagai bagian,
·         Coherent, yaitu bertalian secara logis.

  1. IMPLEMENTASI BELAJAR BERBASIS ANEKA SUMBER
Bagaimana teknologi dapat berperan dalam pendidikan sehingga memberikan peluang bagi pebelajar untuk memanfaatkannya sebagai sumber belajar perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Proses pendidikan berpusat pada siswa/mahasiswa
2.      Peranan institusi pendidikan “elektronik”
3.      Prinsipp pedagogi dan disain penilaian antar budaya.

  1. Proses pendidikan berpusat pada siswa/mahasiswa
Disain pendidikan tradisional pendekattannya dalam mendidik oleh Rmasden (1992) disebut sebagai transmit content or demonstrate procedure. Di sisi lain Laurillard (1992) menggambarkan teacher as story teller. Namun yang lebih penting adalah memberikan perhatian lebih pada pendekatan siswa/mahasiswa.
Pengajaran melibatkan siswa/mahasiswa untuk aktif dalam setiap mata pelajaran (Ramsden,1992). Keseluruhan proses ini akan mengembangkan kemampuan mahasiswa yang tidak hanya terfokus pada materi. (Bowden,2000).
  1. Peranan Institusi Pendidikan “elektronik”
Institusi pendidikan “Elektronik” dalam menawarkan program-programnya memilki peran sebagai berikut:
a.      Memberi informasi tentang kebutuhan dan peluang pendidikan dan pelatihan.
b.      Memberikan pengawasan kualitas.
c.       Memberi akreditasi melalui penilaian belajar yang independent.
d.      Mengembangkan kurikulum yang koheren dan tepat.
e.      Menjadi brooker dan mengesahkan kursus-kursus, bahan pendidikan dan pelatihan dari pemasok.
f.        Memberi pelayanan penggunaan dan komunikasi bahan bahan pelajaran.
g.      Menyediakan program multimedia yang user friendly baik impor maupun eksport.
h.      Membuat jaringan antar pebelajar dan antar instruktur.
i.        Memnciptakan bahan bahan multimedia pendidikan berkualitas tinggi dalam bentuk yang mudah diperoleh.
j.        Mengadakan penelitian untuk kebutuhan pendidikan dan pelatihan.
k.       Menggunakan teknologi-teknologi baru untuk pengembangan pendidikan dan pelatihan serta mengevaluasi penggunaanya.
Inti pokok pelayanan pendidikan “Elektronik” adalah infrastruktur jaringan multimedia internal yang membolehkan institusi lain untuk mengakses, menciptakan dan member pelayanan multimedia pendidikan dalam aneka macam format dan aneka macam cara. Konfigurasi teknis sebuah institusi pendidikan “Elektronik” memiliki fungsi produksi, brooker, dan manajemen berbagai input yang berupa audio, program, maupun video. Sedangkan outputnya dapat berupa program, barang cetakan, komunikasi dengan radio selular, satelit, atau server multimedia.
3.     Prinsip pedagogi dan disain penilaian antar budaya
Tujuan pembelajaran online adalah menjamin bahwa pedagogi dan kurikulum fleksibel, dapat menyesuaikan diri dan relevan bagi siswa dari berbagai latar belakang,, sehingga aspek pedagogi bersifat mendukung kebutuhan antar budaya. Persoalannya adalah sampai seberapa jauh pembelajaran online dapat memahami pengertian lintas budaya.
Banyak peneltian yang dilakukan mengenai pola sumber pendidikan trans-nasional. Kendala pembelajaran online yang efektif dalam komunikasi global adalah:
§  Permasalahan budaya dan lingkungan.
§  Perbedaan perbedaan gaya mengajar.
§  Permasalahan yang berhubungan dengan nilai pendidikan dan budaya yang berbeda.
§  Permasalahan bahasa dan semantic.
§  Maslah teknik yang berhubngan dengan platform, sisitem pengoperasian dan tidak adanya interface standar.
Hal penting lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses pendidikan online adalah kurikulum. Kurikulum inklusif bertujuan untuk meningkatkan hal timbal balik (reciprocity), pengembangan arus dua arah, dan nilai-nilai antara. Kurikulum inklusif memiliki cirri-ciri:
1.      Menilai budaya latar belakangdan pengalaman mahasiswa.
2.      Inklusif gender budaya atas perbedaan yang berhubungan dengan etnic, bahasa dan latar belakang sosio-ekonomi.
3.      Mengakui bahwa setiap keputusan kurikulum adalah pemilihan daripada kebenaran lengkap.
4.      Menjadikan eksplisit pola mata pelajaran pendukung yang rasional.
5.      Responsive terhadap dasar pengetahuan siswa.


BELAJAR BERBASIS ANEKA SUMBER

                Belajar Berbasis Aneka Sumber (BEBAS) merupakan proses belajar alternatif bag mereka yang tidak mampu masuk kedalam lembaga pendidikan konvensional. Dengan BEBAS seorang anak didik dapat belajar dengan sumber belajar apa saja, belajar dari siapa saja, belajar kepada siapa saja, belajar tentang apa saja, dan belajar untuk tujuan apa saja.
Keuntungan dari BEBAS disamping perluasan bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang mereka inginkan juga mengurangi beban pemerintah dalam menyeenggarakan pendidikan nasional.

BEBAS di Lembaga Pendidikan Konvensional
konsep penggunaan sumber belajar di sekolah memang telah menggunakan pendekatan bebas ini. Tetapi penggunaan suber belajar masih didominasi oleh perancangan, belum memeanfaatkan yang ada disekelilingnya secara optimal. Keberadaan SMP, SMA, dan Universitas terbuka nampaknya telah mendekati dari konsep BEBAS, yakni menggunakan sumber belajar yang relatif lebih luas yang berada di lingkungan sekitar siswa.

BEBAS Non-Format Pendidikan Konvensional
Dalam pandangan faham belajar sosial, seorang tidak didorong oleh tenaga dari dalam, demikian pun tidak digencet stimulus-stimulus yang berasal dari lingkungan. Alih-alih fungsi psikologi orang itu dijelaskan sebagai fungsi interaksi timbalbalik yang terus menerus terjadi antara faktor-faktor penentu pribadi da lingkungannya.
(Bandura, 1977b, hal.-11).
Maksudnya adalah asas belajar yang berlaku dalam lingkungan yang wajar., lingkungan sekitar sekitar memberikan kesempatan yang luas kepada individu untuk memperoleh keterampilan yang kompleks.

Penggunaan sumber belajar dapat digolongkan kedalam tiga tingkatan kebebasannya, yaitu:
1.       bebas mutlak
urusan belajar dan hal yang terkait, merupakan hak asasi manusia sehingga setiap individu atau sekelompok orang bebas menentukan apa saja yang terkait dengan belajar termasuki sumber belajarnya. Dalam hal demikian siapapun kita tidak dapat berbuat banyak atas orang lain dalam hal belajarnya

2.       Bebas terkendali longgar
Proses belajar dan penggunaan sumber belajar tekendali dalam arti positif oleh para inisiator, organisator, lembaga swadaya masyarakat (LSM) secara longgar demi efektivitas proses belajar.

3.       Bebas terkendali ketat
Dilakukan oleh berbagai institusi pendidikan konvensional yang telah memiliki aturan yang terkadang bersifat kaku dan berskala nasional.

Belajar dalam kehidupan bermasyarakat dapat digolongkan menjadi:
a)      belajar dengan...
Menunjukan bahwa proses belajar itu disertai, didampingi, dengan perantara, menggunakan sesuatu yang mendukung proses belajar itu sendiri sehingga tercapailah tujuan belajar.

b)      belajar dari...
Menunjukan bahwa didalam proses belajar terdapat sesuatu yang digali sehingga pebelajar menguasai dan mencapai tujuan belajar.
c)       belajar kepada...
Hal ini menunjukan adanya obyek yang dijadikan narasumber.
Misalnya: belajar kepada kyai, guru, dosen, seorang ahli, dll.

d)      belajar tentang...
Hal ini menunjukan adanya Spesifikasi materi yang akan dikuasai sehingga proses belajar menjadi terfokus kepada satu atau beberapa ha yang sejenis.
Misalnya: belajar tentang matematika, pemograman berbasis komputer, sepak bola, desain interior, dll.

e)      belajar untuk...
Hal ini menunjukan tentang adanya  tujuan akhir belajar.
Misalnya: belajar utuk menjadi seorang sopir yang baik maka seseorang harus pula belajar tentang mobil, jalan raya, aturan lalu lintas, dan juga ia harus belajar dari sopir lainnya.

Menurut Association Educational Communication and technology (AECT) :
Learning resources (for educational technology) all of the resources (data, people, and things) which may be used by the learner in isolation or in combination usually in a formal manner, to facilitate learning; they include messages, people, materials, devices, techniques, and setting. (AFCT,1977,p.F)

Yang dimaksud dengan sumber (pen: sumber belajar) ialah asal (pen: sesuatu) yang mendukung terjadinya belajar, termasuk system peayanan, bahan pembelajaran, dan lingkungan.    

Peluang
Peluang melaksanakan BEBAS dan memperoleh manfaat dari BEBAS ini secara garis besar dapat dikelompokan kedalam:
1.       individu
2.       keluarga
3.       masyarakat
4.       pemerintah
5.       tempat kerja
6.       tempat ibadah
7.       media
8.       sekolah
9.       perguruan tinggi


Peran Pemerintah Untuk Melancarkan Program BEBAS
Pemerintah dapat berperan dengan mengeluarkan aturan khusus mengenai mekanisme pelaksanaan BEBAS termasuk didalamnya kurikulum khusus untuk BEBAS, acuan patokan penguasaan kemampuan, standar minimal, serta sertifikasi atau pemberian semacam surat tanda tamat belajar sehingga menarik banyak kalangan untuk ikut serta didalamnya.

Pengendalian Mutu BEBAS
Pengendalian ini dimaksudkan agar terdapat standar minimal yang disesuaikan dengan kondisi si pelajar. Dalam pendidikan formal dikenal dengan standar acuan patokan, yakni level kemampuan tertentu yang menjadi rujukan penguasaan kemampuan peserta belajar.

Label:

Pemanfaatan ICT untuk Pendidikan Pencegahan HIV/AIDS Di Daerah Perbatasan Greator Mekong Subregion


Jumlah pengidap HIV/AIDS dewasa (15-24 tahun) dan anak-anak diakhir 2003      :
* Kamboja                                                       ± 170.000 orang
* Laos                                                              ± 1.700 orang
* Thailand                                                       ± 570.000 orang
* Vietnam                                                        ± 220.000 orang
Baca selengkapnya »

Label:

Instructional System

what does instructional design mean?
the term instructional deign refers to the systematic and reflective process of translating principles of learning and instruction into plans for instructional materials, activities, information resources, and evolution. an instructioanl designer is somewhat like an engineer.
to understand the term intstructional design more clearly, we will review the maenigs of the words instruction design
instruction is the intentional facilitation of learning toward identified learning goals. instruction is the intentional arrangement of experiences, leading to learners acquiring particular pabilities.
term such as education, training, and teaching are often used interchangeably with instruction .
all instruction is part of education becauser all instruction consist of experiences leading to learning. but not all instruction can be considered training, how ever. for instance, in mltary education programs, learners maybe provided with some general instruction in math and reading.
in summary, this text focuses on the facilitation of learning : instruction. here we will consider instruction to be a subset of education.

what is design ?

 design is an activity or process that poeple engage in that improve the quality of their susequent creations. design is related to planning, the differnce being that once the expertise and care with which planning is conducted reaches a certain point, we begin to refer to the activity as "design".

THE INTRUCTIONAL DESIGN PROCESS.

1. where are we going ? "perform an instructional analysis"2. how will get there ? "develop an intructional strategy"3. how will we know when we have arrined ? "develop and conduct an evaluation" these three activities form the foundation of the approach to instructional design*that this book describes. 

AN OVERVIEW OF THE DESIGN PROCESS:DESIGNING TRAINING FOR DIGITAL-MAGIC REPAIR PERSONS

ANALYSIS. during the activity the designers will learn as much as they can aboutthe environmenet in which the learners (repair person) will be trained, about the learners themselves, and about the repair the task for which the learners must be prepared. the designer will ask many question of the manager and supervisors in the digital-magic company, the developers of the new television system,those who have provided training for repair persons in the past,and of the learners themselves. they will analyze the learning task itself.


SELECTING THE INSTRUCTIONAL STRATEGY
in addition, the designers determine what sequence of intruction should follow. they choose the medium (a single medium ) or media (a combination of multiple media ) that will support the intruction. this is the stage at which the desiners will determine exactly how intruction will take place.

EVALUATION at digital-magic some of the questions taht may be asked include the following :1. is the content accurate ?2. how should we conduct these tryouts ?3. what questions should be answered in order to determine problems in the groups ?4. what revisions should be made in the intruction ? when we use the term evaluation, it will often be in reference to the broad topic including both assessment of learners and evaluations of the intructions.


Instructional Design Models
The designer engages in three major activities: analysis, strategy development, and evaluation. These three activities are the essence of most instructional design models.
This process of building your own model is enabled by a thorough knowledge of the principles that guide design.Advantages of Using Systematic Instructional Design.
1. Encourages advocacy of the learner.
2. Supports effective, efficient, and appealing instruction. All of these factors are considered indicators for success.
3. Supports coordination among designers, developers, and those who will implement the instruction.
4. Facilitates diffusion/dissemination/adoption.
5. Supports development for alternate embodiments or delivery systems.
6. Facilitates congruence among objectives, activities, and assessment.
7. Provides a systematic framework for dealing with learning problems.

People Who Do Instructional DesignAs you may (or may not) recall from the Preface, the treatment of instructional design in this text is intended for everyone who may benefit from it.


advantages of using systematic instructioanl design
1. Encourages advocacy of the learner.
2. Supports effective, efficient, and appealing instruction.
3. Supports coordination among designers, developers, and those who will implement the instruction
4. Facilitates diffusion/dissemination/adoption
5. Supports development for alternate embodiments or delivery systems
6. Facilitates congruence among objectives, activities, and assessment.
7. Provides a systematic framework for dealing with learning problems.

Limitations of Systematic Instructional Design
Instructional design does have limits of applicability; it is not the solution to all the ills and problems of education and training, nor is it the only method for creating education.

People Who Do Instructional Design
As you may (or may not) recall from the Preface, the treatment of instructional design in this text is intended for everyone who may benefit from it.


TRAINING DESIGNERS
Training may be pert of a human resources department or they may have their own separate department. Not all trainers are instructional designers. Some trainers are experts in their skill or subject area, who are either permanently or temporarily assigned to conduct training in that area. Many trainers come from an adult education backgorund that emphasizes adult development.

TEACHER DESIGNERS
Some individuals employed as teacher are directly involved in the design of new instruction. Intructional design procedures and principles can be employed effectively in their curriculum design and development activities. These design activities are completet both planfully in advance of implementation and spontaneously as circumstances suggest their  us.most often these instructional design activities are conducted mentally with little documentation of the decision made.
OTHER  DESIGNERS
Instructional designers are also engaged in developing instruction that is embodied in text books, multimedia, instructional software, and videos used in K-12 and post secondary setting.
Competencies  Standards and Ethich of Instructional Design
Competencies
Various agencies have compiled sets of competencies for instructional designers.
Standartds
Fields and his associates elaborated the IBSTPI competencies with training standards as well as providing as description of common and usus of standards by various subgroups.
Ethics
Like copetencies and standarda, profesional codes of ethics provide guidance for good pratice

Pengantar Kurikulum


KURIKULUM
I.Latar Belakang KurikulumTugas utama seorang guru adalah membimbing, mengajar, serta melatih peserta didik secara professional sehingga dapat mengantarkan peserta didiknya kepada pencapaian tujuan pendidikan. Sehingga untuk melaksanakan tugas tersebut guru harus berpedoman pada suatu alat yang disebut kurikulum.II.Pengertian KurikulumPengertian secara umum kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pengajaran, serta cara yang digunakan dalam menyelenggarakan belajar mengajar (UU No. 2 Tahun 1989).III.Tujuan KurikulumTujuan dari kurikulum adalah sebagai arah, pedoman, atau sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan proses pembelajaran (belajar mengajar).IV.Fungsi KurikulumFungsi kurikulum dibagi menjadi dua yaitu fungsi umum dan fungsi khusus.Fungsi umum kurikulumKurikulum berfungsi sebagai penyedia dan pengembang individu peserta didik.Fungsi khusus kurikuluma.Fungsi preventifDimaksudkan agar guru terhindar dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan yang ditetapkan dalam kurikulum.b.Fungsi korektifSebagai rambu-rambu yang harus dipedomani dalam membetulkan pelaksanaan yang menyimpang dari kurikulum.c.KonstruktifMemberikan arah yang benar bagi pelaksanaan dan mengembangkan pelaksanaannya, asalkan arah pengembangannya mengacu pada kurikulum yang berlaku.

V.Komponen-komponen kurikulum1.Komponen tujuanYaitu arah atau sasaran yang hendak dituju oleh proses penyelenggaraan pendidikan. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah 1975/1976 dikenal kategori :Tujuan pendidikan nasional yang merupakan tujuan jangkan panjang, tujuan ideal pendidikan bangsa Indonesia.Tujuan institusional, merupakan sasaran pendidikan sesuatu lembaga pendidikan.Tujuan kurikuler, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh sesuatu program studi.Tujuan instruksional, merupakan target yang harus dicapai oleh sesuatu mata pelajaran. Yang masih dibagi menjadi tujuan instruksional umum (tujuan jangka panjang) memerlukan waktu yang lebih lama dan lebih sukar diukur dan tujuan instruksional khusus (tujuan jangka pendek) misalnya penekanan pada perilaku siswa.Dengan tujuan yang jelas, dapat diupayakan berbagai kegiatan atau perangkat untuk mencapainya.2.Isi kurikulumMencakup pengalaman-pengalaman yang akan diperoleh siswa dalam kegiatan belajar di sekolah. pengalaman-pengalaman ini mencakup tujuan khusus, bahan ajaran, strategi mengajar, media dan sumber belajar. (Pengembangan Kurikulum:105). Pengalaman-pengalaman ini dirancang dan diorganisir sedemikian rupa sehingga apa yang diperoleh siswa sesuai dengan tujuan. 3.Metode belajarIalah bagaimana cara siswa memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.Menurut Tyler metode belajar yang efektif adalah:Berkesinambungan yaitu adanya pengulangan kembali unsur-unsur utama kurikulum, misalnya keterampilan membaca.Berurutan yaitu isi kurikulum diorganisasi dengan cara mengurutkan bahan pelajaran sesuai dengan tingkat kedalaman yang dimiliki.Keterpaduan yaitu adanya penggabungan yang menunjukkan kepada hubungan horizontal pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, sehingga dapat membantu siswa memperoleh pengalaman itu dalam satu kesatuan.(pengembangan inovasi dan kurikulum: 6)4.Evaluasi kurikulumBerfungsi untuk:Mengetahui apakah sasaran yang ingin dituju dapat tercapai atau tidak.Untuk menilai apakah proses kurikulum berjalan secara optimal atau tidak.Perbaikan-perbaikan kurikulum seperlunyaDua sasaran utama dalam mengevaluasi, yaitu evaluasi terhadap hasil kurikulum dan evaluasi terhadap proses kurikulum.VI.Kedudukan kurikulum dalam pendidikanPendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. Misalnya dalam keluarga orang tua menginginkan anak yang soleh, sehat, pandai dan sebagainya tetapi orang tua sering tidak mempunyai rencana yang jelas.Disinilah pendidikan dalam lingkungan sekolah berperan lebih dibandingkan dengan pendidikan dikeluarga ataupun dimasyarakat. Kelebihan tersebut adalah:1. pendidikan formal di sekolah memiliki lingkup isi pendidikan yang lebih luas, bukan hanya berkenaan dengan pembinaan segi moral tetapi juga ilmu pengetahuan dan ketrampilan.2.pendidikan sekolah memberikan pengetahuan yang lebih tinggi, lebih luas dan mendalam.3.sekolah memiliki rancangan atau kurikulum secara formal dan tertulis, pendidikan di sekolah dilaksanakan secara berencana dan sistematis.Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah, hal ini berarti bahwa kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran.

VII.Cara penggunaan kurikulum oleh gurua)Pelajari seluruh perangkat kurikulum agar guru mendapatkan wawasan tentang landasan penyusunan kurikulum.b)Telaah GBPP kelas yang akan diajarc)Susun program caturwulan berdasarkan GBPPd)Susun rencana mingguane)Susun satuan pelajaran (Satpel).VIII.Pengembangan Kurikulum1.Prinsip-prinsip Umuma)Prinsip relevansi keluar maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Prinsip relevansi didalam yaitu ada kesesuaian atau keterpaduan atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian.b)Fleksibilitas, kurikulum mempunyai sifat lentur atau fleksibel. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.c)Kontinuitas, yaitu kesinambungan. Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan. Perlu adanya komunikasi dan kerja sama antara pengembang kurikulum sekolah dasa dengan SMTP, SMTA, dan Perguruan Tinggi.d)Praktis dan efisiensi, mudah dilaksanakan, mengguanakan alat-alat sederhana dan dengan biaya yang murah.e)Efektivitas, walaupun kurikulum tersebut murah tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan, baik secara kuantitas maupun kualitas.2.Prinsip-prinsip khususa)Berkenaan dengan tujuan pendidikanPengembangan kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum dan khusus.b)Berkenaan dengan pemilihan isi pendidikanMemiliki isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana kurikulum.c)Berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajarPemilihan proses belajar mengajar yang digunakan. Apakan metode yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan, dapat memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan siswa, memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat, dan apakan lebih mengaktifkan siswa atau guru, atau bahkan kedua-duanya.d)Berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaranProses belajar mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan alat Bantu pengajaran yang tepat.e)Berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaianLangkah-langkah dalam penyusunan alat penilaian (test)Hal-hal yang diperhatikan dalam merencanakan suatu penilaian.Hal-hal yang diperhatikan dalam pengolahan suatu hasil penilaian.Dan dalam perkembangannya kurikulum di Indonesia telah berkembang berkali-kali mulai dari kurikulum CBSA, kurikulum ’94, kurikulum KBK, dan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).IX.Evaluasi kurikulumEvaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum.Evaluasi kurikulum sukar dirumuskan secara tegas, hal itu disebabkan beberapa factor:1.Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah.2.Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep kurikulum yang digunakan.3.Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang sifatnya juga berubah.Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus-menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan system pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dan dalam rentan waktu yang cukup luas, mulai dari yang bersifat sangat informal evaluasi kurikulum berbentuk perkiraan, dugaan atau pendapat tentang perubahan-perubahan yang telah dicapai oleh program sekolah. komponen-komponen kurikulum yang dievaluasi juga sangat luas. Program evaluasi kurikulum bukan hanya mengevalausi hasil belajar siswa dan proses pembelajarannya, tetapi juga desain dan implementasi kurikulum, kemampuan dan unjuk kerja guru, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana, fasilitas dan sumber belajar.

Fungsi Kurikulum

Fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu sendiri yang berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi kurikulum mempunyai arti sebagai berikut:1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan pada suatu tingkatan lembaga pendidikan tertentu dan untuk memungkinkan pencapaian tujuan dari lembaga pendidikan tersebut.2. Sebagai batasan daripada program kegiatan (bahan pengajaran) yang akan dijalankan pada suatu semester, kelas, maupun pada tingkat pendidikan tersebut.3. Sebagai pedoman guru dalam menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar, sehingga kegiatan yang dilakukan guru dengan murid terarah kepada tujuan yang ditentukan.Dengan demikian fungsi kurikulum pada dasarnya adalah program kegiatan yang tercantum dalam kurikulum yang akan mempengaruhi atau menentukan bentuk pribadi murid yang diinginkan. Oleh karena itu pengembangan kurikulum perlu memperhatikan beberapa hal:a) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.b) Tuntutan dunia kerja.c) Aturan agama, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.d) Dinamika perkembangan global.e) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.Dalam melakukan pengembangan kurikulum, jika memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka akan menghasilkan peserta didik yang memiliki kepribadian sebagai seorang muslim dan mampu menyesuaikan diri di mana mereka hidup di tengah-tengah masyarakat.

Sabtu, 18 Desember 2010

Istilah-Istilah di Teknologi, Komunikasi, dan Informasi

MULTIMEDIA

Multimedia, berbagai media. Istilah bagi transmisi data dan manipulasi semua bentuk informasi, baik berbentuk kata-kata, gambervideomusikangka, atau tulisan tangan. Bagi komputer, bentuk informasi tersebut, semuanya diolah dari data digital (yang terdiri dari nol dan satu).

Istilah multimedia, berawal dari teater bukan komputer. Pertunjukan yang memanfaatkan lebih dari satu medium seringkali disebut pertunjukan multimedia. Pertunjukan tersebut tiga elemen, yaitu suara, gambar dan teks.


TELEMATIKA

Di dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Telematika. Kata telematika berasal dari istilah dalam bahasa PerancisTELEMATIQUE yang merujuk pada bertemunya sistem jaringan komunikasi dengan teknologi informasi. Istilahtelematika merujuk pada hakekat cyberspace sebagai suatu sistem elektronik yang lahir dari perkembangan dan konvergensi telekomunikasi, media dan informatika.
Istilah Teknologi Informasi itu sendiri merujuk pada perkembangan teknologi perangkat-perangkat pengolah informasi. Para praktisi menyatakan bahwa TELEMATICS adalah singkatan dari TELECOMMUNICATION andINFORMATICS sebagai wujud dari perpaduan konsep Computing and Communication. Istilah Telematics juga dikenal sebagai {the new hybrid technology} yang lahir karena perkembangan teknologi digital. Perkembangan ini memicu perkembangan teknologi telekomunikasi dan informatika menjadi semakin terpadu atau populer dengan istilahkonvergensi. Semula Media masih belum menjadi bagian integral dari isu konvergensi teknologi informasi dan komunikasi pada saat itu.
Belakangan baru disadari bahwa penggunaan sistem komputer dan sistem komunikasi ternyata juga menghadirkan Media Komunikasi baru. Lebih jauh lagi istilah TELEMATIKA kemudian merujuk pada perkembangan konvergensi antara teknologi TELEKOMUNIKASI, MEDIA dan INFORMATIKA yang semula masing-masing berkembang secara terpisah. Konvergensi TELEMATIKA kemudian dipahami sebagai sistem elektronik berbasiskan teknologi digital atau {the Net}. Dalam perkembangannya istilah Media dalam TELEMATIKA berkembang menjadi wacana MULTIMEDIA. Hal ini sedikit membingungkan masyarakat, karena istilah Multimedia semula hanya merujuk pada kemampuan sistem komputer untuk mengolah informasi dalam berbagai medium. Adalah suatu ambiguitas jika istilah TELEMATIKA dipahami sebagai akronim Telekomunikasi, Multimedia dan Informatika. Secara garis besar istilah Teknologi Informasi (TI), TELEMATIKA, MULTIMEDIA, maupun Information and Communication Technologies (ICT) mungkin tidak jauh berbeda maknanya, namun sebagai definisi sangat tergantung kepada lingkup dan sudut pandang pengkajiannya.



Telematika; Pengertian

Di dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Telematika. Kata telematika berasal dari istilah dalam bahasa PerancisTELEMATIQUE yang merujuk pada bertemunya sistem jaringan komunikasi dengan teknologi informasi. Istilahtelematika merujuk pada hakekat cyberspace sebagai suatu sistem elektronik yang lahir dari perkembangan dan konvergensi telekomunikasi, media dan informatika.

Istilah Teknologi Informasi itu sendiri merujuk pada perkembangan teknologi perangkat-perangkat pengolah informasi. Para praktisi menyatakan bahwa TELEMATICS adalah singkatan dari TELECOMMUNICATION andINFORMATICS sebagai wujud dari perpaduan konsep Computing and Communication. Istilah Telematics juga dikenal sebagai {the new hybrid technology} yang lahir karena perkembangan teknologi digital. Perkembangan ini memicu perkembangan teknologi telekomunikasi dan informatika menjadi semakin terpadu atau populer dengan istilahkonvergensi. Semula Media masih belum menjadi bagian integral dari isu konvergensi teknologi informasi dan komunikasi pada saat itu.
Belakangan baru disadari bahwa penggunaan sistem komputer dan sistem komunikasi ternyata juga menghadirkan Media Komunikasi baru. Lebih jauh lagi istilah TELEMATIKA kemudian merujuk pada perkembangan konvergensi antara teknologi TELEKOMUNIKASI, MEDIA dan INFORMATIKA yang semula masing-masing berkembang secara terpisah. Konvergensi TELEMATIKA kemudian dipahami sebagai sistem elektronik berbasiskan teknologi digital atau {the Net}. Dalam perkembangannya istilah Media dalam TELEMATIKA berkembang menjadi wacana MULTIMEDIA. Hal ini sedikit membingungkan masyarakat, karena istilah Multimedia semula hanya merujuk pada kemampuan sistem komputer untuk mengolah informasi dalam berbagai medium. Adalah suatu ambiguitas jika istilah TELEMATIKA dipahami sebagai akronim Telekomunikasi, Multimedia dan Informatika. Secara garis besar istilah Teknologi Informasi (TI), TELEMATIKA, MULTIMEDIA, maupun Information and Communication Technologies (ICT) mungkin tidak jauh berbeda maknanya, namun sebagai definisi sangat tergantung kepada lingkup dan sudut pandang pengkajiannya.

SMP Terbuka Menjangkau anak yang tak terjangkau pendidikan


Belajar merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas kehidupan seseorang. Oleh karena itu kesempatan  belajar seharusnya dapat dimiliki oleh siapapun, di manapun dan kapanpun. Konsep pendidikan sepanjang hayat (life-long education) dan pendidikan untuk semua (education for all) yang dicetuskan oleh UNESCO merupakan suatu gagasan yang harus dapat diwujudkan di Indonesia.  Namun upaya ke arah itu ternyata masih banyak menemui kendala.  Hingga saat ini problem pemerataan kesempatan belajar masih menjadi masalah besar dalam dunia pendidikan  di Indonesia.    
 Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, misalnya melalui pembangunan gedung sekolah baru,  peningkatan daya tampung pada sekolah-sekolah yang telah ada,  penambahan fasilitas belajar, pengadaan dan pengangkatan tenaga guru, pemberian beasiswa, dan lain-lain.   Namun  upaya itu ternyata belum dapat mengatasi masalah pemerataan pendidikan secara tuntas. Masih banyak warga masyarakat yang belum dapat terjangkau oleh layanan pendidikan, terutama sebagian masyarakat yang memiliki berbagai macam kendala tertentu.  Pembangunan gedung sekolah  baru yang dilakukan setiap tahun misalnya, belum dapat menjangkau kelompok masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di daerah-daerah terpencil.  Bagi masyarakat yang memiliki kendala  ekonomi, waktu dan geografis masih  sulit untuk memperoleh layanan pendidikan  melalui jalur pendidikan  reguler/ konvensional.  Padahal sebagai sesama anak bangsa, mereka memiliki hak yang sama dengan anak-anak lain yang lebih beruntung memperoleh pendidikan, sebagaimana dijamin oleh pasal 31 Undang-undang Dasar 1945. Dalam wilayah negara Indonesia yang luas dengan karakteristik geografis dan demografis yang begitu beragam, sangat sulit memberikan layanan pendidikan yang dapat menjangkau seluruh masyarakat terutama   anak-anak yang memiliki berbagai kendala ekonomi, geografis dan waktu.    Bahkan sekalipun di lokasi-lokasi seperti itu dibangun sekolah reguler, belum tentu kelompok anak  yang memiliki kendala tersebut sempat mengikuti pendidikan karena kesibukannya bekerja membantu orang tua mencari nafkah.  Bagi kelompok anak seperti ini, pergi ke sekolah setiap hari dengan segala konsekwensinya ,  merupakan kegiatan yang dianggap terlalu mahal. Anak-anak tersebut berada di luar jangkauan pendidikan konvensional.  Oleh karena itu, perlu  adanya alternatif program pendidikan non-konvensional untuk dapat menjangkau mereka. Sistem pendidikan terbuka dan sistem pendidikan jarak jauh  dapat dijadikan alternatif untuk memberikan layanan pendidikan bagi kelompok anak yang memiliki kendala semacam itu. Untuk pendidikan tingkat SLTP, salah satu bentuk pendidikan terbuka  yang telah dilaksanakan saat ini adalah Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMP Terbuka).  Saat ini SMP Terbuka telah menjadi bagian integral dalam sistem pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan  jarak jauh (termasuk juga SMP Terbuka), menurut Suparman dan Zuhairi,  telah ditempatkan sebagai sistem pendidikan yang bersifat komplementer terhadap sistem pendidikan biasa. Ini berarti   tanpa kehadirannya,  dunia pendidikan menjadi tidak lengkap, karena akan terdapat sejumlah orang yang dengan cara apapun tidak dapat mengikuti pendidikan.[1]    Bahkan, lebih tegas Miarso memandang bahwa SMP Terbuka bukan sekedar merupakan pendidikan komplementer atau suplementer, melainkan sebagai pendidikan kompensatorik yang  bisa menjadi pengganti yang statusnya paralel  terhadap lembaga pendidikan yang telah ada.[2]  Jadi, adalah sangat beralasan jika akhirnya pemerintah Indonesia menetapkan SMP Terbuka sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah perluasan kesempatan belajar.       Pada aspek yang lain, dipilihnya SMP Terbuka untuk mengatasi masalah pemerataan pendidikan karena adanya beberapa pertimbangan.  Sebagaimana dikemukakan oleh Sadiman, Seligman dan Raharjo, SMP Terbuka ini dipilih   karena sistem ini  segera dapat dilaksanakan tanpa resiko merosotnya mutu pendidikan. SMP Terbuka memerlukan biaya yang relatif lebih murah dibanding sistem konvensional karena pelaksanaannya dapat memanfaatkan sumber-sumber yang telah ada.[3]SMP Terbuka telah dirintis  sejak tahun 1979 pada lima lokasi sekolah rintisan.  Dalam perkembangnnya, ketika dicanangkan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun pada tahun 1994, SMP Terbuka dijadikan salah satu program andalan untuk mensukseskan program ini. SMP Terbuka diharapkan dapat menjangkau anak-anak usia SMP  yang tidak dapat mengikuti pendidikan di SMP biasa.       Penyelenggaraan SMP Terbuka merupakan   salah satu bentuk aplikasi konsep teknologi pendidikan untuk mengatasi masalah perluasan kesempatan belajar. Melalui SMP Terbuka diupayakan agar siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pebelajar.     Sistem SMP Terbuka berupaya untuk menjangkau anak-anak yang berkendala agar bisa belajar, dengan cara membentuk beberapa Tempat Kegiatan Belajar (TKB) yang berlokasi di sekitar tempat tinggal siswa.  Jadi,  bukan siswa yang dituntut harus datang ke sekolah setiap hari,  melainkan  “membawa”  sekolah atau sumber belajar ke lingkungan siswa.   Sebagaimana sistem pendidikan terbuka pada umumnya, kegiatan belajar di SMP Terbuka  menerapkan prinsip-prinsip  belajar mandiri.  Sistem pembelajaran   SMP Terbuka didesain sedemikian rupa sehingga  siswa dapat belajar  secara mandiri dengan bantuan terbatas dari orang lain.  Sebagian besar kegiatan belajar di SMP Terbuka dilakukan siswa secara mandiri.   Dalam kegiatan belajar, siswa  tidak selalu tergantung kepada guru, karena memang tidak setiap hari  mereka dapat bertatap muka dengan guru seperti halnya pada sekolah konvensional. Siswa SMP Terbuka dapat belajar pada waktu dan tempat yang diatur sesuai kondisi  siswa. Dengan cara demikian, maka anak-anak yang bermasalah tersebut akan terbuka kesempatannya untuk bersekolah.   Sistem pembelajaran mandiri sebagaimana diterapkan di SMP Terbuka  masih dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi sebagian besar anak seusia SMP.  Selama di Sekolah Dasar, siswa telah terbiasa belajar dengan cara konvensional (tatap muka) yang sangat tergantung pada  guru kelas. Kemudian,  ketika  belajar di SMP Terbuka,   mereka dituntut untuk dapat belajar secara mandiri.  Dalam hal demikian, maka kemandirian belajar siswa menjadi  faktor yang amat menentukan  bagi keberhasilan belajar di SMP Terbuka. Oleh karena itu kemandirian belajar siswa perlu mendapat perhatian serius agar setiap  siswa SMP Terbuka  berhasil dalam mengikuti kegiatan belajar di SMP Terbuka.  Untuk mengembangkan kemandirian belajar pada siswa SMP Terbuka,   perlu  dikaji karakteristik atau kondisi riil yang ada pada diri siswa.  Siswa SMP Terbuka mempunyai karakteristik  umum yang relatif berbeda dengan siswa sekolah biasa.   Sebagian besar siswa SMP Terbuka berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah, dari daerah pedesaan dan dari wilayah yang lebih terpencar. Kondisi mereka kurang menguntungkan dibanding dengan latar belakang siswa sekolah reguler.[4]    Hal ini tentu dapat dimaklumi, karena sesuai misinya, SMP Terbuka memang untuk melayani  anak-anak  tamatan Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah  yang kurang beruntung karena keadaan sosial ekonomi, keterbatasan fasilitas transportasi, kondisi geografis, atau kendala waktu, sehingga tidak memungkinkan mereka mengikuti pelajaran sebagai siswa SMP reguler.[5]  Kondisi siswa SMP Terbuka semacam itu tentu saja akan berdampak pada  kondisi psikologis anak, termasuk dalam hal pembentukan   konsep dirinya.  Kondisi konsep diri siswa SMP Terbuka dengan latar belakang sosial seperti itu sangat menarik untuk dikaji secara mendalam.  Mungkin saja kondisi siswa yang kurang menguntungkan itu berdampak negatif terhadap   konsep diri mereka, atau barangkali justru sebaliknya. Kemudian, perlu pula dikaji lebih jauh, apakah mungkin kondisi konsep diri tersebut berhubungan dengan tingkat kemandirian belajar mereka. Sementara itu, kehadiran lembaga pendidikan terbuka dalam sistem pendidikan kita masih belum dikenal secara luas, terutama bagi kalangan masyarakat awam.  Pandangan  masyarakat terhadap keberadaan SMP Terbuka tentu saja beragam, ada yang positip ada pula yang sebaliknya.  Bahkan masih  banyak pula warga  masyarakat   mempunyai pandangan keliru terhadap sistem pendidikan terbuka semacam ini. Hasil penelitian Supriadi menggambarkan  adanya   kesan yang cukup kuat di masyarakat bahwa status dan prestise siswa SMP Terbuka  dinilai lebih rendah daripada siswa SMP reguler.[6] Hal ini mungkin saja terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap sistem pendidikan terbuka.Beragamnya sikap terhadap SMP Terbuka bahkan mungkin juga  terjadi pada siswa-siswa  SMP Terbuka itu sendiri. Sejauh ini, masih sulit menemukan informasi aktual yang dapat menjelaskan  bagaimana sebenarnya sikap siswa SMP Terbuka terhadap sistem pendidikan terbuka yang mereka ikuti.  Apakah mereka belajar di SMP Terbuka hanya karena terpaksa, daripada tidak sekolah, atau memang mereka memiliki pandangan dan   penilaian tertentu terhadap SMP Terbuka.  Seiring dengan perkembangan SMP Terbuka yang saat ini telah tersebar di seluruh Indonesia, makin banyak pula fenomena  yang bisa diamati terhadap penyelenggaraan SMP Terbuka.   Oleh karena itu,   mengkaji sikap para siswa terhadap SMP Terbuka  adalah menjadi penting dan menarik.Berhubung SMP Terbuka menerapkan sistem pembelajaran mandiri, maka upaya meningkatkan kemandirian belajar  siswa merupakan sesuatu yang amat penting. Sebab tanpa adanya kemandirian belajar  yang memadai, proses  pembelajaran di SMP Terbuka tidak akan dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan.  Bahkan,  menurut Lewis dan Spencer, salah satu ciri yang paling pokok dalam sistem pendidikan terbuka adalah adanya komitmen untuk membantu siswa agar memiliki kemandirian belajar.